Sejarah dan Cerita Si Manis Jembatan Ancol



Perkiraan waktu membaca Menit

Edit
Si Manis Jembatan Ancol hantu perempuan yang tragis ia di bunuh dan di buang dekat jembatan ancol, konon semenjak itu arwahnya tidak pernah tenang dan menghantui kawasan yang kita kenal saat ini Ancol dan di juluki Si Manis Jembatan Ancol. Jembatan ini lebih populer di banding dengan jembatan lain yang lebih besar dan lebih bagus di Jakarta.
Bukan karena keunikan bentuk bangunan atau ukuran jembatan ini, melainkan cerita di balik jembatan ini Horor.
Berdasarkan cerita yang berkambang di masyarakat sekitar, Si Manis tersebut bernama Mariyam (ada juga yang mengatakan gadis itu bernama Siti Ariah), yaitu seorang gadis manis kembang desa yang meninggal di kawasan Jembatan Ancol dan jasadnya di buang setelah sebelumnya di p*rkosa.
Karena kematian yang tidak wajar, akhirnya Mariyam menjadi penunggu Jembatan Ancol dan beberapa kali menampakkan diri pada orang-orang tertentu.

Sejarah Si Manis Jembatan Ancol
Pada awal abad 19, zaman Hindia Belanda, di Batavia, hidup Mak Emper dan dua anaknya, Mpok dan Siti Ariah (Perempuan). Mereka tinggal di sebuah paviliun milik seorang juragan kaya.

Saat Ariah berusia 16 tahun, sang juragan berniat menikahi Ariah. Namun, Ariah tidak mau dengan alasan selain hanya akan menjadi selir, ada kakak Ariah, Mpok Ariah belum menikah. Maka, Ariah pun kabur dari rumah untuk menghindari sang juragan kaya.
Dalam pelariannya itu ternyata berjumpa Oey Tambahsia, seseorang yang terkenal kaya raya di Batavia saat itu, ia punya vila di kawasan Bintang Mas (sekarang daerah Ancol), memergoki Ariah. Ibaratnya Ariah keluar dari kandang macan masuk ke sarang buaya, Oey juga mata keranjang.
Oey yang dikenal suka mengoleksi perempuan muda pun begitu terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh Siti Ariah. Maka, Oey memerintahkan dua orang centengnya untuk menangkap Siti Ariah.
Ariah berlari dan memberikan perlawanan yang sangat hebat kepada dua centeng bernama Pi’un dan Surya itu. Hingga akhirnya, di Bendungan Dempet dekat Danau Sunter yang waktu itu terkenal sangat angker, menjadi saksi tewasnya Ariah di tangan kedua centeng tersebut.
Jenazahnya dibuang di area persawahan, sekitar 400 meter dari Jembatan Ancol. “Peristiwa itu terjadi pada 1817,” kata Ridwan Saidi, tokoh Betawi yang melakukan penelitian tentang legenda Ariah dari saksi-saksi hidup pada tahun 1955-1960.

Berangkat dari kisah tersebut, di sekitar Sunter dan Ancol sering terjadi penampakan gadis manis yang dipercaya sebagai hantu dari Siti Ariah yang gentayangan.
Banyak cerita mistis yang berkaitan dengan Si Manis Jembatan Ancol ini.

Cerita dan Pengalaman Si Manis Jembatan Ancol
#1 Di tahun 60-an ketika daerah Ancol masih berupa empang-empang (tambak), seorang pendayung perahu pernah bertemu dengan Si Manis. Perempuan itu naik perahu malam-malam dan membayar pendayung tersebut dengan daun.

#2 Penjual rokok di dekat pintu keluar Ancol, Anshori, mengaku pernah melihat Siti Ariah dari dekat. Ia membuka pertama kali kios rokoknya di sini pada 1990, tepatnya di samping jembatan goyang. Saat itu malam Jumat, Anshori sedang menunggui kiosnya, agak gerimis. Sekitar pukul 1 pagi, lewat seorang perempuan. Ketika sudah agak jauh, perempuan itu berbalik arah menghampiri kios Anshori sembari tersenyum. Anshori menyapa perempuan yang dikiranya calon pembeli dagangannya itu. Jarak Anshori dengan perempuan itu kira-kira 50 cm.
Menurut Anshori, perempuan itu berwajah manis, serta memakai kemeja kuning dan rok abu-abu. Setelah ditanya hendak belanja apa, perempuan itu menghilang.

#3 Pada 1995, seorang pelukis di Ancol didatangi seorang perempuan yang meminta dilukis. Ketika itu hari telah gelap dan gerimis mulai turun. Sesuai permintaan perempuan tersebut, sang pelukis mulai menyapukan kuasnya pada permukaan kanvas. Namun, saat sang pelukis baru menggambar setengah bagian tubuhnya, perempuan itu menghilang. Warga percaya bahwa perempuan itu adalah Si Manis Jembatan Ancol.

#4 Tukang ojek bernama Yoto pun pernah membonceng penumpang misterius yang dipercaya sebagai hantu si manis. Saat itu, Yoto sedang mangkal pada pukul 5 pagi, kemudian ada seorang wanita cantik yang mendekatinya dan minta diantar ke dekat Jembatan Ancol. Yoto pun langsung mengiyakan dan mempersilakan wanita itu naik ke motornya. Di sepanjang jalan, Yoto berusaha mengajak ngobrol penumpangnya untuk mencairkan suasana. Namun, si penumpang hanya diam saja. Ketika tiba di kawasan Ancol, Yoto mempersilakan wanita itu turun dan betapa kaget ia ketika melihat di boncengannya sudah tidak ada siapa-siapa. Alhasil, Yoto langsung ngebut dan lari meninggalkan kawasan Ancol.

#5 Hotel Horison Ancol, yang juga terletak di kawasan Ancol, pun tak lepas dari cerita ini.
Di hotel ini sering terlihat wanita cantik yang melintas di depan mata tapi wanita tersebut hilang entah kemana.
Konon wanita tersebut tak lain adalah sang tokoh legendaris " Si Manis Jembatan Ancol ".
Kabarnya management hotel membuat kamar khusus untuk si hantu manis ini.

#6 Masih dari kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Selain Hotel Horison, putri duyung Ancol juga memiliki cerita.
Di salah satu bangunan putri duyung Ancol pernah ada suatu kejadian di mana seorang wanita simpanan terbunuh secara mengenaskan. Selain dari putri duyung, kawasan area balap mobil Ancol juga menyimpan sebuah cerita.
Tahukah anda, bahwa tempat ini merupakan tempat pertama kali di temukannya mayat terpotong (kasus mutilasi).
Legenda mayat terpotong menjadi tiga belas (13) bagian ini adalah rekor tersendiri yang mengawali peristiwa mayat terpotong-potong lainnya di seputar Jakarta.
Hingga saat ini pembunuhannya tidak pernah di temukan.

#7 Selain jembatan Ancol, kali sunter Ancol juga di anggap angker oleh masyarakat sekitar.
Dahulu, di kali ini pernah ada kejadian yang menewaskan banyak orang, yaitu terperosoknya metro mini ke dalam kali sunter.
Sehingga sebagian besar penumpangnya tenggelam.

Referensi
https://www.kaskus.co.id/thread/551b8b14138b46437d8b456b/sejarah-si-manis-jembatan-ancol
Kredit Gambar www.malesbanget.com

Kamu baru saja membaca tentang Sejarah dan Cerita Si Manis Jembatan Ancol

Baca Juga Cerita Lainnya

This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website. Learn more