Cerita Legenda Putri Duyung
Cerita Legenda Putri Duyung
Perkiraan waktu membaca Menit
Edit
" Nyam, ikan ini lezat sekali, " kata si Sulung. Ibu tersenyum mendengar perkataan anaknya. Mereka sekeluarga memanglah tidak sering makan ikan. Sehari-hari, suaminya cuma menanam ubi serta jagung di ladang, tersebut yang mereka makan.
" Bu, bisa saya lebih ikannya lagi? " bertanya si Tengah. " Bisa saja, Nak. Konsumsilah hingga kenyang, " jawab Ibu sembari menyuapi si Bungsu.
Sang Bapak diam saja. Ia tidak mengira anak-anaknya demikian sukai pada ikan hasil tangkapannya itu. Kelak ia bakal pergi lagi ke laut, siapa tahu ia memperoleh ikan lagi. " Bu, saya pergi dahulu ya. Sisakan satu ekor ikan untuk makan siangku kelak. Setelah ke ladang, saya bakal ke laut sebentar. Siapa tahu saya dapat memperoleh ikan, " pamitnya pada ibu. Ibu mengangguk mengiyakan serta berangkatlah bapak ke ladang.
Sesudah Bapak pergi, Ibu membereskan rumah. Ia menaruh bekas ikan serta nasi ke almari makan. Ketiga anaknya asik bermain. Mereka berkejar-kejaran serta berteriak-teriak dengan riang. Ibu itu tersenyum lihat perilaku anak-anaknya. Dalam hati ia bersukur, hari ini dapat memberi sedikit makanan enak pada mereka.
Hari mendekati siang saat si Bungsu merengek. " Bu, saya lapar. Saya ingin makan nasi don ikan seperti tadi pagi, " tuturnya. Rupanya ia lapar sesudah capek bermain dengan ke-2 kakaknya.
" Janganlah Nak, tambah baik kau makan ubi rebus saja. Mari, sini Ibu ambilkan, " jawab Ibu.
" Tidak ingin Bu, saya ingin makan nasi serta ikan, " rengek si Bungsu lagi. Kesempatan ini ia merengek sembari menangis. Namun Ibu terus bersikukuh. Ia tidak ingin memberi ikan itu pada anak bungsunga. Ia paham benar perilaku suaminya, bila telah berpesan, mesti dikerjakan.
Lantaran permintaannya tidak dikabulkan, jadi si Bungsu menangis berguling-guling di tanah. Sembari meraung-raung, " Ibuuu, saya laparrrr.... " Teriak si Bungsu.
Tidak tega lihat situasi itu, pada akhirnya Ibu mengalah. Ia menyuapkan nasi serta ikan pada si Bungsu. Si Sulung serta si Tengah yang lihat adiknya makan ikan, turut meminta pada Ibu. Mereka juga makan ikan bekas dari Adiknya yang bungsu.
Apa yang berlangsung lalu? Ya, tidak ada lagi secuil ikan juga untuk Bapak. Ikan yang disimpan Ibu habis tidak bersisa. " Apa bisa buat, saya bakal menuturkannya pada suamiku kelak, " kata Ibu dalam hati.
Sang Bapak pulang dari laut. Kesempatan ini ia tidak sukses memperoleh ikan seekor juga. Ia sangatlah jengkel, terlebih ubi di ladangnya juga dirusak babi rimba.
" Istriku, saya sangatlah capek serta lapar. Tolong siapkan makan siangku, " pintanya pada Ibu. " Lho, mana ikan bekas sarapan tadi? Tidakkah saya telah katakan untuk tersisa satu untukku? " tanyanya saat lihat istrinya cuma menyajikan ubi rebus.
" Iya Bang, saya tadi telah taruh. Namun apa bisa buat, anak-anak lapar serta minta makan lagi. Pada akhirnya ikan itu habis dikonsumsi mereka, " jawab Ibu. " Apa? Teganya kau lakukan ini pada suamimu? Saya berusaha keras sepanjang hari serta kau menggunakan seluruhnya ikan yang kutangkap dengan sulit payah? " teriak suaminya.
Ibu cuma terdiam, ia memahami benar watak suaminya yang pemarah. Ia mohon maaf serta berjanji bakal menuruti pesan suaminya. Namun berulang kaii ibu mohon maaf, sang suami tetap harus mengomel serta menghardiknya dengan kalimat yang tidak layak. Hati ibu sakit sekali, hingga ia mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah. Ya, ia tidak tahan lagi pada perlakuan suaminya.
Esok paginya, saat ketiga anaknya bangun, mereka bingung mencari ibunya. Ayahnya cuma mengedikkan bahu saat mereka ajukan pertanyaan ke mana ibunya.
" Mungkin saja ke laut untuk mencari ikan untuk kalian. Tidakkah kalian sangatlah suka pada ikan? " jawab sang Bapak tidak perduli. Lantas, ketiga anak itu pergi ke laut.
Mereka berteriak-teriak memanggil ibunya, " Ibuuu... Ibuu... Ibu dimana? Si Bungsu lapar, ia ingin menyusu. "
Mendadak, nampaklah ibu dari arah laut terlepas. Ia membawa sebagian ekor ikan di tangannya. Ia selekasnya memeluk ketiga anaknya serta menyusui si Bungsu. " Pulanglah kalian, bawa ikan ini untuk makan slang kalian, " tuturnya sesudah usai menyusui. " Ibu tak turut pulang? " bertanya si Sulung.
" Kelak Ibu bakal menyusul kalian, " jawabnya singkat. Lantas ia kembali pada tengah lautan.
Ketiga anak itu pulang sembari membawa sebagian ekor ikan. Si Sulung memanggang ikan itu untuk lauk makan siang mereka. Telah sore, Ibu belum juga pulang. Ketiga anak itu bertahan menanti ibunya sampai larut malam, namun Ibu tidak juga pulang. Pada akhirnya mereka tertidur, sedang sang Bapak tidak perduli sedikit juga dengan situasi istrinya.
Esok harinya, ketiga anak itu kembali pada laut. Mereka memanggil-manggil ibunya. " Ibu di sini Nak, kemarilah kalian. " Terdengar nada Ibu menjawab panggilan mereka.
Ketiga anak itu terperanjat lihat ibunya. Berwajah memanglah muka ibu mereka tetapi tubuhnya sungguh mengerikan. Tubuhnnya penuh sisik serta tak berkaki. Si Ibu mempunyai ekor sama sama seperti ikan.
Si Bungsu menangis keras lihat ibunya, ia bahkan juga menampik untuk di susui.
Si Sulung geram. " Kau bukanlah ibu kami, kau pasti ikan yang mencemoohkai Ibu kami. Ibu ibu di mana ibu? " teriak si Sulung.
" Yakinlah Nak, saya ini ibumu. Ibu beralih Seperti ini lantaran berkemauan untuk tinggal di laut. Ibu telah tak tahan dengan perlakuan bapak kalian. " Si Ibu coba menuturkan. Tetapi ketiga anaknya bergeming. Mereka jadi meninggalkan ibunya serta pulang kerumah. Hati wanita yang sekarang ini beralih bentuk jadi manusia 1/2 ikan sangatlah hancur. Ia tak menganggap keputusannya bakal memisahkannya dengan anak-anak yang sangatlah dicintainya. Ia cuma dapat menangis serta kembali pada laut. Mulai sejak waktu itu dia di kenal dengan nama ikan duyung. Lantaran kecantikannya banyak juga orang yang menyebutkan Putri duyung.
" Bu, bisa saya lebih ikannya lagi? " bertanya si Tengah. " Bisa saja, Nak. Konsumsilah hingga kenyang, " jawab Ibu sembari menyuapi si Bungsu.
Sang Bapak diam saja. Ia tidak mengira anak-anaknya demikian sukai pada ikan hasil tangkapannya itu. Kelak ia bakal pergi lagi ke laut, siapa tahu ia memperoleh ikan lagi. " Bu, saya pergi dahulu ya. Sisakan satu ekor ikan untuk makan siangku kelak. Setelah ke ladang, saya bakal ke laut sebentar. Siapa tahu saya dapat memperoleh ikan, " pamitnya pada ibu. Ibu mengangguk mengiyakan serta berangkatlah bapak ke ladang.
Sesudah Bapak pergi, Ibu membereskan rumah. Ia menaruh bekas ikan serta nasi ke almari makan. Ketiga anaknya asik bermain. Mereka berkejar-kejaran serta berteriak-teriak dengan riang. Ibu itu tersenyum lihat perilaku anak-anaknya. Dalam hati ia bersukur, hari ini dapat memberi sedikit makanan enak pada mereka.
Hari mendekati siang saat si Bungsu merengek. " Bu, saya lapar. Saya ingin makan nasi don ikan seperti tadi pagi, " tuturnya. Rupanya ia lapar sesudah capek bermain dengan ke-2 kakaknya.
" Janganlah Nak, tambah baik kau makan ubi rebus saja. Mari, sini Ibu ambilkan, " jawab Ibu.
" Tidak ingin Bu, saya ingin makan nasi serta ikan, " rengek si Bungsu lagi. Kesempatan ini ia merengek sembari menangis. Namun Ibu terus bersikukuh. Ia tidak ingin memberi ikan itu pada anak bungsunga. Ia paham benar perilaku suaminya, bila telah berpesan, mesti dikerjakan.
Lantaran permintaannya tidak dikabulkan, jadi si Bungsu menangis berguling-guling di tanah. Sembari meraung-raung, " Ibuuu, saya laparrrr.... " Teriak si Bungsu.
Tidak tega lihat situasi itu, pada akhirnya Ibu mengalah. Ia menyuapkan nasi serta ikan pada si Bungsu. Si Sulung serta si Tengah yang lihat adiknya makan ikan, turut meminta pada Ibu. Mereka juga makan ikan bekas dari Adiknya yang bungsu.
Apa yang berlangsung lalu? Ya, tidak ada lagi secuil ikan juga untuk Bapak. Ikan yang disimpan Ibu habis tidak bersisa. " Apa bisa buat, saya bakal menuturkannya pada suamiku kelak, " kata Ibu dalam hati.
Sang Bapak pulang dari laut. Kesempatan ini ia tidak sukses memperoleh ikan seekor juga. Ia sangatlah jengkel, terlebih ubi di ladangnya juga dirusak babi rimba.
" Istriku, saya sangatlah capek serta lapar. Tolong siapkan makan siangku, " pintanya pada Ibu. " Lho, mana ikan bekas sarapan tadi? Tidakkah saya telah katakan untuk tersisa satu untukku? " tanyanya saat lihat istrinya cuma menyajikan ubi rebus.
" Iya Bang, saya tadi telah taruh. Namun apa bisa buat, anak-anak lapar serta minta makan lagi. Pada akhirnya ikan itu habis dikonsumsi mereka, " jawab Ibu. " Apa? Teganya kau lakukan ini pada suamimu? Saya berusaha keras sepanjang hari serta kau menggunakan seluruhnya ikan yang kutangkap dengan sulit payah? " teriak suaminya.
Ibu cuma terdiam, ia memahami benar watak suaminya yang pemarah. Ia mohon maaf serta berjanji bakal menuruti pesan suaminya. Namun berulang kaii ibu mohon maaf, sang suami tetap harus mengomel serta menghardiknya dengan kalimat yang tidak layak. Hati ibu sakit sekali, hingga ia mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah. Ya, ia tidak tahan lagi pada perlakuan suaminya.
Esok paginya, saat ketiga anaknya bangun, mereka bingung mencari ibunya. Ayahnya cuma mengedikkan bahu saat mereka ajukan pertanyaan ke mana ibunya.
" Mungkin saja ke laut untuk mencari ikan untuk kalian. Tidakkah kalian sangatlah suka pada ikan? " jawab sang Bapak tidak perduli. Lantas, ketiga anak itu pergi ke laut.
Mereka berteriak-teriak memanggil ibunya, " Ibuuu... Ibuu... Ibu dimana? Si Bungsu lapar, ia ingin menyusu. "
Mendadak, nampaklah ibu dari arah laut terlepas. Ia membawa sebagian ekor ikan di tangannya. Ia selekasnya memeluk ketiga anaknya serta menyusui si Bungsu. " Pulanglah kalian, bawa ikan ini untuk makan slang kalian, " tuturnya sesudah usai menyusui. " Ibu tak turut pulang? " bertanya si Sulung.
" Kelak Ibu bakal menyusul kalian, " jawabnya singkat. Lantas ia kembali pada tengah lautan.
Ketiga anak itu pulang sembari membawa sebagian ekor ikan. Si Sulung memanggang ikan itu untuk lauk makan siang mereka. Telah sore, Ibu belum juga pulang. Ketiga anak itu bertahan menanti ibunya sampai larut malam, namun Ibu tidak juga pulang. Pada akhirnya mereka tertidur, sedang sang Bapak tidak perduli sedikit juga dengan situasi istrinya.
Esok harinya, ketiga anak itu kembali pada laut. Mereka memanggil-manggil ibunya. " Ibu di sini Nak, kemarilah kalian. " Terdengar nada Ibu menjawab panggilan mereka.
Ketiga anak itu terperanjat lihat ibunya. Berwajah memanglah muka ibu mereka tetapi tubuhnya sungguh mengerikan. Tubuhnnya penuh sisik serta tak berkaki. Si Ibu mempunyai ekor sama sama seperti ikan.
Si Bungsu menangis keras lihat ibunya, ia bahkan juga menampik untuk di susui.
Si Sulung geram. " Kau bukanlah ibu kami, kau pasti ikan yang mencemoohkai Ibu kami. Ibu ibu di mana ibu? " teriak si Sulung.
" Yakinlah Nak, saya ini ibumu. Ibu beralih Seperti ini lantaran berkemauan untuk tinggal di laut. Ibu telah tak tahan dengan perlakuan bapak kalian. " Si Ibu coba menuturkan. Tetapi ketiga anaknya bergeming. Mereka jadi meninggalkan ibunya serta pulang kerumah. Hati wanita yang sekarang ini beralih bentuk jadi manusia 1/2 ikan sangatlah hancur. Ia tak menganggap keputusannya bakal memisahkannya dengan anak-anak yang sangatlah dicintainya. Ia cuma dapat menangis serta kembali pada laut. Mulai sejak waktu itu dia di kenal dengan nama ikan duyung. Lantaran kecantikannya banyak juga orang yang menyebutkan Putri duyung.
Kamu baru saja membaca tentang Cerita Legenda Putri Duyung