Fairytales Creepy Version (The Golden Goose)



Perkiraan waktu membaca Menit

Edit
cerita ini adalah versi misteri dari cerita dongeng, jadi maaf jika berbeda dengan aslinya.
FAIRYTALES CREEPY VERSION
by F.R
The Golden Goose (Si lugu dan Angsa Emas) Tidak semua orang tua bisa menerima anaknya dengan rasa syukur. Salah satunya adalah tukang kayu yang mempunyai tiga putra dan salah satu putranya memiliki kekurangan. Dia dipanggil si Lugu, sering diejek, ditertawakan bahkan parahnya orang tua yang pilih kasih dan sering diabaikan. Memang menyedihkan apalagi ketika kita tak dianggap orang tua sendiri. Begitulah yang dirasakan si Lugu.

Hari ini
Kakak yang tertua pergi memotong kayu ke hutan. Ibu sangat menyayanginya karna dia pria kuat dan perkasa. Ibu memberikannya bekal kue yang lezat dan sebotol minuman segar agar anaknya tersebut tidak kelaparan ataupun kehausan.
Ketika dia tiba di hutan, seorang pria tua kecil berkulit abu-abu bertemu dengannya, yang menyapanya dan berkata, "Berikanlah aku sedikit kue, dan biarkan aku meminum sedikit minumanmu, aku sangat lapar dan haus."

Dengan jujurnya anak paling tua menjawab "PERGI KAU PAK TUA ! AKU TAK AKAN MEMBERI MAKANAN UNTUKMU."

Pria tua itu pergi begitu saja. Ketika sedang menebang pohon kapak pun tergelincir dan menancap di lengan anak yang paling tua. Dia pulang dengan lengan tertancap kapak. Dirumah ayahnya dengan paksa menarik kapak itu tentunya air mancur darah menyembur dari lengannya. Sejak saat itu kakak tertua si Lugu buntung karna tangannya terpaksa diamputasi. Kemungkinan akibat kutukan dari pria tua yang dia hina.
Selanjutnya Putra Kedua yang menggantikan kakaknya. Walaupun terpaksa, dia dibekali seperti kakak tertua agar tak kelaparan atau kehausan. Pria tua kecil juga bertemu dengannya dan memohon untuk diberikan sedikit kue dan minuman, namun dia dengan kasar memukul pria tua tersebut hingga pria tua itu lari.

Hampir sama dengan kakaknya secara tak sengaja kapaknya jatuh dan memotong kakinya dan darahnya mengalir deras. Dia pulang dengan menyeret kakinya yang bersimba darah. Karna cukup pintar dia membalut kakinya dengan bajunya.

"APA !? KAMU MAU PERGI JUGA !? KAKAKMU SAJA TAK SANGGUP!" ayahnya bicara dengan nada tinggi dan seolah meremehkan si Lugu. Namun pada akhirnya setelah memohon si Lugu diperbolehkan pergi.
Dibekali kue yang hampir basi dan juga minuman yang kecut dia berangkat ke hutan. Ketika dia tiba di hutan, si Pria Tua kecil itu bertemu dengannya, menyapanya dan berkata, "Berikanlah aku sedikit kuemu, dan minum dari botolmu, aku sangat lapar dan haus."

Si Lugu pun menjawab, "Aku hanya memiliki kue tepung yang sederhana dan minuman yang rasanya sedikit kecut, tetapi jika kamu merasa kue dan minuman ini cukup baik bagi kamu, mari kita duduk bersama dan memakannya."

Lalu mereka duduk, dan saat si Lugu mengeluarkan kue dan minumannya, kuenya menjadi kue yang lezat dan minumannya menjadi minuman yang sangat segar. Kemudian mereka pun makan dan minum.
Tidak lama, si Pria Tua kecil itu berkata, "Kamu memiliki hati yang baik, dan membagi apa yang kamu miliki dengan sukarela, aku akan memberikan kamu suatu keberuntungan. Berdirilah di pohon tua itu, tebanglah, dan di balik akarnya kamu akan menemukan sesuatu."

Si Lugu berdiri dan menebang pohon itu ketika pria tua itu pergi. Seperti yang dikatakan disana ada angsa emas. Si Lugu membawa angsa itu. Sayangnya matahari telah ditelan gelapnya malam, digantikan cahaya bulan. Si Lugu memutuskan menginap di penginapan di perjalanannya pulang.

Pemilik penginapan ini memiliki tiga anak perempuan, dan pada saat mereka melihat angsa yang dibawa oleh si Lugu, mereka menjadi penasaran untuk mengetahui apa sebenarnya jenis angsa yang terlihat indah itu. Mereka dibutakan perasaan iri dan dengki, berencana mencuri angsa dari si Lugu mereka menunggu kesempatan yang tepat. Malam itu ketika si Lugu pergi putri tertua berniat mengambil angsa emas itu dan memegangnya namun anehnya tangannya menempel pada angsa tersebut. Selanjutnya putri kedua yang mengendap dan ingin mencoba mencuri angsa tersebut namun sama halnya dengan kakaknya dia pun ikut menempel.

“menjauhlah ! jangan mendekat !”

Akan tetapi putri ketiga tak menghiraukan kakaknya dan ketika menyentuh kakaknya dia pun menempel.

Paginya si Lugu berangkat dan mengambil angsa emas. Dia bahkan tak menghiraukan tiga orang bersaudari yang menempel pada angsa emas yang dia jepit di bawah lengannya. Ketiga gadis tersebut terpaksa mengikutinya kemanapun ia pergi.

Si Lugu melewati sebuah desa dan seorang pemuka adat melihat mereka dengan aneh “ Apakah kalian tidak malu mengikuti anak muda ditengah umum seperti ini !? ayo tinggalkanlah pemuda itu !”

Sang pemuka adat yang tak tau apa-apa menarik tangan gadis itu dan tangannya menempel. Berusaha sekuat tenaga pemuka adat akhirnya mematahkan tangan salah satu gadis. Gadis itu menangis sepanjang perjalanan. Pengurus adat yang marah mendekat dan menarik jubah pemuka adatsekuat tenaga. Hasilnya leher pemuka adat patah dan dia mati. Si Lugu yang sangat lugu tak menghiraukan semua yang terjadi dia terus berjalan.

Sampailah  disebuah kerajaan yang cukup kejam. Kerajaan tersebut mengadakan sayembara atau lebih seperti pemaksaan. Jika sang putri kerajaan tertawa maka siapapun dapat menikahinya dan siapapun yang gagal berakhir ditiang gantung atau di ujung pedang. Si Lugu yang tak sengaja lewat dipaksa ikut sayembara tersebut dan tanpa disangka sang putri tertawa dan semua yang menempel terlepas. Sang gadis yang tangannya patah dan mayat pemuka adat yang terus dipaksa mengikuti si lugu akhirnya terkapar di tanah.

Si Lugu menagih janji sang raja namun sang raja dengan liciknya karna si Lugu tak pantas jadi seorang pangeran dia memberikan tantangan lagi dan jika si Lugu gagal maka panah akan menembus jantungnya. Tantangan itu adalah membawa pria yang mampu menghabiskan minuman di gudang. Si Lugu tak kehabisan akal dia teringat akan pak tua di hutan yang mungkin bisa membantunya.

Ketika sampai dihutan si lugu bertemu seorang pria “Kau kenapa ?”
“Aku sangat haus dan apapun yang aku minum tak memuaskan dahaga ku,” pria itu menjawab.

“ Aku mungkin bisa membantumu dan ikutlah denganku agar dahagamu terpuaskan,” Si Lugu membawa pria tersebut ke gudang sang raja.
Di gudang istana pria tersebut minum dan minum hingga seluruh air digudang habis sebelum malam menjelang.

Sang Raja pun membuat satu persyaratan baru. Si Lugu harus bisa menemukan orang yang bisa memakan segundukan roti yang sangat banyak. Tanpa bertanya-tanya lagi, si Lugu pun berangkat ke hutan, dan di tempat yang sama duduklah seorang pria yang perutnya dililit dengan tali dan berwajah sedih.

Pria itupun berkata kepadanya, "Aku sudah makan seluruh roti dalam oven, tetapi semuanya tidak terasa bagi orang yang sangat lapar seperti aku. Perutku terasa kosong, dan aku terpaksa melilitkan tali di perutku karena terlalu lapar."

Si Lugu sangat senang mendengar perkataan orang itu dan berkata, "Bangkitlah segera, dan ikutlah bersamaku. Aku akan memberikan kamu makanan sehingga kamu puas."

Dia membawanya langsung ke halaman istana, di mana semua makanan di istana telah dikumpulkan dan dimasukkan ke sebuah gunung roti. Pria dari hutan ini lalu bergegas untuk makan, dan dalam waktu satu hari seluruh tumpukan makanan telah menghilang.
Kemudian si Lugu menagih calon istrinya kepada sang Raja untuk ketiga kalinya, tetapi sang Raja, menemukan satu alasan lagi, dan ia pun mengatakan bahwa si Lugu harus membawakan dia sebuah kapal yang mampu berlayar di darat atau di air.

Si Lugu langsung pergi ke hutan, dan di sana duduklah si Pria Tua kecil berkulit abu-abu, pria tua yang pernah mendapatkan kue dari si Lugu. Si Pria Tua kecil itu pun berkata kepadanya, "Aku sudah menghabiskan minuman dari sebuah gudang istana demi kamu, dan aku telah memakan gunungan roti demi kamu. Aku juga akan memberikan kamu kapal. Semua ini aku lakukan karena kamu sangat baik kepadaku."

Lalu si Pria Tua kecil itu pun memberinya kapal yang bisa berlayar di darat dan di air, dan ketika sang Raja melihat kapal ini, dia tahu dia tidak bisa lagi menahan putrinya untuk tidak menikah dengan si Lugu. Pernikahan pun segera dilangsungkan.

"kekekekkekeke," akhirnya aku berhasil menyingkirkan semua yang menghinaku dan menggangguku. si Lugu tertawa bahagia.

Kamu baru saja membaca tentang Fairytales Creepy Version (The Golden Goose)

Baca Juga Cerita Lainnya

This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website. Learn more